Menlu Retno bicara soal KTT G20, kepercayaan dunia, dan dinamika geopolitik

id Menlu RI,KTT G20 Oleh Aria Cindyara

Menlu Retno bicara soal KTT G20, kepercayaan dunia, dan dinamika geopolitik

Arsip - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pada Pertemuan Tingkat Tinggi untuk Memperingati dan Mempromosikan Hari Internasional untuk Perlucutan Senjata Nuklir di New York, Amerika Serikat, 26 September 2022. (ANTARA/HO-Kemenlu RI) (ANTARA/HO-Kemenlu RI/avis.infomed)


Oleh karena itu, kita mencoba lagi, mencoba lagi, di titik itu kita kalau pada bulan Juli itu, kita sudah tahu bahwa krisis pangan dan energi sudah kelihatan dan akan semakin memburuk kalau perang tidak dihentikan. Call-nya tentunya, high-call-nya perang dihentikan, dan oleh karena itu, Bapak Presiden juga berusaha untuk menyampaikan pesan perdamaian itu. Presiden 'kan juga menjadi salah satu anggota dari Global Crisis Response Group (GCRG) yang dibentuk oleh Sekjen PBB, di mana Presiden Indonesia adalah salah satu champion-nya.

Nah, di dalam GCRG ini ada tiga hal yang dibahas atau diidentifikasi permasalahannya dan upaya untuk menyelesaikan. Satu adalah krisis energi, dua adalah krisis pangan, dan yang ketiga adalah keuangan. Dan di situlah peran Bapak Presiden cukup banyak di dalam grup yang dinamakan GCRG ini, bagaimana kita berkontribusi bagi penanggulangan krisis pangan, krisis energi, dan keuangan.

Itu akhirnya yang membuat isu prioritas soal kesehatan lalu soal transisi energi menjadi salah satu fokus?

Sebenarnya kalau kita lihat pada saat kita mengambil alih presidensi dari Italia, saat itu dunia dihadapkan pada satu tantangan besar, jumlahnya satu tapi besar sekali, yaitu pandemi COVID-19.

Nah, lagi-lagi isu kesehatan berdampak pada situasi ekonomi. Ekonomi dunia collapse. Di situlah titik di mana kita mengambil alih presidensi. Itu bulan Desember, oleh karena itu, di titik itu kita kemudian menyampaikan tiga prioritas, yaitu masalah kesehatan, masalah transformasi digital, terus kemudian mengenai masalah energi.

Tiba-tiba ada kejadian luar biasa bulan Februari, perang di Ukrania. Dampaknya tidak hanya pada energi, keuangan, tapi terutama adalah pangan karena Rusia, Ukraina, ditambah Belarus memiliki kontribusi yang besar dalam rantai pasok pangan dan pupuk dunia. Oleh karena itu, akan sangat aneh kalau presidensi Indonesia tidak bahas masalah pangan.

Maka, pangan ini adalah additional topic yang dibahas di dalam rangkaian pertemuan G20 dan akan bermuara di KTT.

Dan tadi juga disampaikan, di titik Desember itu. Karena pandemi, kita ingin pemulihan ekonomi secara lebih kuat, maka (Indonesia) mengambil tema ‘Recover Together, Recover Stronger’ dan ini memiliki makna yang sangat dalam.

Dukungan (dari negara lain) sangat kuat, semua negara memberikan dukungan yang sangat kuat bagi tema bagi prioritas Indonesia, dan sejauh ini mereka tetap memberikan dukungan yang kuat terhadap presidensi Indonesia.

Itu sebenarnya yang menggembirakan kita, dalam artian di tengah situasi yang sulit kita masih bisa bicara, masih melihat bahwa mereka mendukung kita dan komunikasi yang kita lakukan. Jadi, di balik semua ini, hampir setiap hari komunikasi kita lakukan dengan mereka.

Pendekatan ekstra personal?

Karena kalau yang ada hanya di atas kertas, di atas meja, di dalam ruangan perundingan, perundingan yang sifatnya formal tanpa ground-work disiapkan itu biasanya akan lebih sulit. Oleh karena itu, selama satu tahun ini hampir setiap hari saya bicara dengan para menteri luar negeri, pada level saya tentunya.

Contoh terakhir pada saat Sidang Majelis Umum PBB. Hampir semua menteri G20 saya ajak bicara lagi tete-a-tete, empat mata. Minggu ini hampir setiap hari saya komunikasi lagi dengan mereka karena setiap hari perubahannya cepat sekali, dinamikanya tinggi sekali, dan semuanya menunjukkan arah yang bukan semakin mudah tapi semakin sulit. Oleh karena itu, kita perlu bicara lagi dan bicara lagi.

Pendekatan ekstra personal tentu punya modal yang cukup besar, ya? Trust?

Iya, betul sekali. Jadi, kita ini dimudahkan karena ada trust yang besar dari para mitra kita di G20 dan saya kira saya bisa katakan dunia memiliki trust yang besar, yang tebal, terhadap Indonesia.