"Syadran Bareng" Daya Tarik Wisata Desa Onje

id Syadran Bareng Daya Tarik Wisata Desa Onje

"Syadran Bareng" Daya Tarik Wisata Desa Onje

Ilustrasi - Sejumlah warga mengusung nasi tumpeng dan berbagai hasil bumi saat berlangsungnya tradisi sedekah bumi dan sadran Ki Mandung, di Ungaran, Kabupaten Semarang. Tradisi tahunan yang digelar pada Jumat Wage atau Jumat Kliwon dan telah berlang

Purbalingga, (AntaraKL) - Kegiatan "Syadran Bareng" diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata di Desa Onje, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, kata Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga setempat Subeno.

"Kami menyambut baik kegiatan ritual 'Syadran Bareng' yang akan digelar pada Kamis (19/5) malam Kelompok Sadar Wisata Bangun Pesona, Desa Onje, Kecamatan Mrebet," katanya di Purbalingga, Rabu.

Ia mengatakan kegiatan tersebut dapat menjadi daya tarik wisata setelah dikemas dengan baik dan persiapan yang matang.

Menurut dia, pihaknya telah mengarahkan Desa Onje menjadi desa wisata berbasis religi, budaya, dan alam.

"Hal itu berdasarkan potensi yang ada di Desa Onje. Di sana dikembangkan wisata minat khusus berupa 'rafting', 'tubing', dan kayak," katanya.

Sementara untuk wisata religi dan budaya, kata dia, dapat dilakukan dengan mengemas ziarah ke makam, mandi di Kedung Pertelu, dan mengunjungi Masjid Sayyid Kuning yang dikenal sebagai tempat salat bagi pengikut Islam Aboge (Alif Rebo Wage).

Terkait rencana kegiatan "Syadran Bareng", Ketua Pokdarwis Bangun Pesona Uji Utomo mengatakan lehiatan tersebut akan dipusatkan di dua tempat, yakni Pendapa Puspa Jaga dan Masjid Sayyid Kuning.

"Kegiatan tersebut sebagai puncak kegiatan 'nyadran', yakni tradisi pembersihan makam. Kegiatan tersebut kami kemas sekaligus untuk mengenalkan Desa Onje sebagai desa wisata berbasis religi, budaya, dan alam," katanya.

Menurut dia, rangkaian kegiatan akan dimulai dengan "kidungan penggel" yang dilanjutkan dengan penyerahan 'penggel' untuk diarak dari pendopo desa Puspa Jaga ke mesjid Sayyid Kuning.

"'Penggel' merupakan nasi yang dibentuk bulat seperti bola dan ditempatkan dalam takir dari daun pisang," jelasnya.

Ia mengatakan selama pelepasan "penggel" dan arak-arakan akan diiringi tabuhan gamelan.

Selain itu, kata dia, akan dilakukan pula prosesi mandi di Jojok Telu atau Kedung Pertelu yang diikuti aparatur pemerintah desa, tamu undangan, dan warga setempat.

"Prosesi ditutup dengan doa bersama dan makan nasi 'penggel' dan takir di Masjid Sayyid Kuning," katanya.