"Binatang Jalang" dan puisi-puisi Chairil yang relevan hingga kini
Oleh Lintang Budiyanti Prameswari
Nasib adalah kesunyian masing-masing
Pemilihan puisi "Pemberian Tahu" tidak masuk dalam daftar 20 puisi yang disodorkan oleh Mira Lesmana padanya, melainkan murni pilihannya sendiri.
Puisi Pemberian Tahu itu keras, satu arah. Karena dia tahu Chairil menulis itu pasti ada alasan-alasan di balik pengalaman hidupnya. Karena identik dengan bayangan akan suara laki-laki saat membaca Chairil, untuk itu dia juga berusaha mendobrak dengan meminta Mira Lesmana dan Riri agar suaranya diisi oleh aktris perempuan yang berusia matang.
Permintaannya itu dikabulkan. Dia sempat terkejut saat harus membuat visual dari suara yang diisi oleh aktris kenamaan Indonesia, Christine Hakim.
Ia merasa mendapatkan semangat Chairil yang tidak dalam bentuk teknikal dalam membuat karya ini, melainkan dalam bentuk nilai atau value yang lebih besar, bagaimana mendorong karya ini lebih jauh untuk membaca dan mengenalkan Chairil.
Ruth sangat senang dengan value project ini, mengenalkan puisi dan karya-karya Chairil dalam konteks generasi baru. Itu dia nilai sangat fundamental, karena melalui produk budaya pop kekinian atau pop culture, anak muda akan tertarik mengenal lebih jauh karya Chairil.
"Derai-Derai Cemara"
Aktor Lukman Sardi juga mengisi suara pada salah satu karya audio visual yang berkolaborasi dengan Papermoon Puppet, komunitas pertunjukan boneka asal Yogyakarta yang diprakarsai oleh Maria Tri Sulistyanti (Ria) dan Effendi, serta telah unjuk gigi menyelenggarakan pertunjukan festival boneka di berbagai belahan dunia. Pertunjukan yang terbaru, mulai dari Jepang, Australia, Amerika Serikat, Inggris, Thailand, dan Australia.
Lukman otomatis menggemari puisi 'Derai-Derai Cemara' semenjak membacakannya, apalagi dengan visual pertunjukan boneka dari Papermoon Puppet yang membuat dia tidak bisa berhenti ingin mengulik karya-karya Chairil.
Selama ini Lukman hanya membaca, dan tidak cukup mengulik karya-karya Chairil. Setelah membacakan Derai-Derai Cemara, ia lantas bisa mengingat semua rasa yang dialami ketika membacakannya.
Uniknya, puisi ini menceritakan tentang sesuatu hal yang sangat sakit dan lemah, tetapi ditulis dengan sangat kuat dan powerful. Ketika membaca, pada Lukman ada rasa terpuruk, ingin menangis, tapi juga ada rasa optimisme yang entah bisa tercapai atau tidak.
Salah satu bait dalam puisi Derai-Derai Cemara yang cukup menggugahnya adalah, "Hidup hanya menunda kekalahan."
Bait itu luar biasa membuat Lukman berpikir berat. Kita hidup selama ini, kita melakukan kehidupan itu untuk apa? Untuk bertahan, tetapi pada titik tertentu kita sebagai manusia akan merasa tidak bisa berbuat apa-apa. Itu makna yang akhirnya Lukman ambil dari puisi itu.
Interpretasi puisi ini jika dilihat dari sisi yang lain belum tentu memiliki makna yang sama. Itulah yang membuat puisi ini memiliki kekuatan tersendiri.
Aktor yang mendapatkan penghargaan pemeran utama terbaik film Sang Pencerah ini menyadari, puisi Derai-Derai Cemara dibuat saat kondisi Chairil sedang tidak baik, sehingga hal itulah yang ia dalami dan masuk menjadi sebuah pelajaran baru dalam hidupnya.