Kuala Lumpur, (AntaraKL.Com) - Sekitar 500 orang warga Malaysia alumni Universitas Airlangga (Unair) Surabaya banyak menempati jabatan-jabatan penting dan strategis di negeri jiran tersebut.
"Yang membanggakan bagi kita bukan Unair-nya tetapi Indonesia, sejak 1970 hingga sekarang Alumni Unair dari orang Malaysia sudah 500-an orang. Mereka menduduki posisi penting dan strategis," ujar Ketua Departemen Internasional dan Pemberdayaan Alumni Global Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Airlangga, Drs Ec Ahmad Cholis Hamzah, MSc di Kuala Lumpur, Minggu.
Wakil Rektor Universitas Sunan Giri Surabaya tersebut mengemukakan hal itu usai pertemuan Alumni Unair yang ada di Malaysia dan pelantikan Ikatan Alumni (IKA) Unair Wilayah Malaysia.
"Mereka menduduki posisi penting dan strategis, misalnya di Istana Agong (raja), politisi parlemen di negara bagian, beberapa direktur rumah sakit, Lembaga Akreditasi Rumah Sakit bahkan salah satu alumni senior di Malaysia mengatakan ada alumni yang menjadi penasehat senior kesehatan Presiden Mugabe," katanya.
Dia mengatakan sekarang ini kalau akreditasi kesehatan dan rumah sakit mesti di-cek mereka alumni darimana sedangkan alumni dari Universitas Airlangga akan jadi prioritas.
"Banyak juga yang alumni dari UI, UGM, sedangkan alumni dari Fisip di media juga ada, kemudian di pemerintahan dan swasta," katanya.
Dia mengatakan mereka menginginkan agar siswa Malaysia lebih banyak belajar di Indonesia terutama di Unair.
"Ini membuktikan kepada publik beberapa perguruan tinggi kita di mata publik mempunyai daya tarik yang tinggi di Malaysia," kata alumni University of London ini.
Sementara, ujar dia, kalau di Indonesia kadang sering berkeluh kesah tentang kualitas perguruan tinggi di Indonesia, tetapi ternyata dari Malaysia ingin banyak yang kuliah disana dan ingin mendapatkan prioritas tambahan kuota untuk studi di Unair.
"Jadi dari sisi pendidikan Indonesia sudah mulai bagus kualitasnya. Alumni Unair sendiri ada yang dari Psikologi, Fisip, kalau Unair memang kedokteran yang dikenal. Sambil bercanda mereka mengatakan, tidak ada alumni Unair di Malaysia yang jadi `bajingan`. Ada juga yang masih ingat bahasa Jawa Surabaya, punya kode 3 T, tempe tahu telor," katanya.
Dia mengatakan mereka tidak hanya tertarik studi tetapi juga belajar budaya.
"Sudah dibentuk alumni Malaysia, Desember mereka akan berkunjung ke Jawa Timur. Yang membanggakan mereka belajar dari S1 sehingga banyak berada di tempat strategis, kalau S2, S3 dari pemerintahan saja," katanya.
Yang juga membanggakan, ujar dia, nama Unair sekarang sudah ditambahkan dalam kartu nama mereka karena di Malaysia ada tradisi nama perguruan tinggi ditulis dalam kartu nama mereka.
"Yang ingin saya katakan walaupun Indonesia kita ada berbagai kelemahan ada korupsi dan macam-macam ada wilayah lain. Menurut saya, ada hal-hal positif yang perlu diberitahu. Itu salah satunya pendidikan kita diterima di Malaysia," katanya.