Selangor, Malaysia, (ANTARA) - Presiden Kelima RI yang juga Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengatakan transformasi sosial bangsa Indonesia menggambarkan sebuah strategi untuk menjadi negara maju yang juga memikirkan dunia.
Dalam orasi ilmiah saat menerima anugerah gelar doktor kehormatan (Honorary Dictorate/HC) dalam bidang ilmu sosial dari Universiti Tunku Abdul Rahman (UTAR) di Selangor, Malaysia, Senin, Megawati menyampaikan lima poin tentang pendekatan yang harus terus dilakukan Bangsa Indonesia untuk mencapainya.
Sebelum menyampaikan kelima poin itu, ia terlebih dahulu menjelaskan masalah yang dihadapi oleh transformasi sosial Indonesia, yakni disiplin nasional, kualitas pendidikan, dan penguasaan sains dan teknologi masih menjadi penghambat utama kemajuan bangsa Indonesia.
“Namun menghadapi berbagai persoalan tersebut, setelah melakukan perenungan mendalam, hemat saya, transformasi sosial bangsa Indonesia ke depan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan,” kata Megawati.
Poin pertama, ia mengatakan Falsafah Pancasila sebagaimana disampaikan oleh Bung Karno pada pidato lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945, harus tetap menjadi dasar sistem pemerintahan negara, yang mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, hukum, pertahanan dan keamanan hingga sistem pendidikan.
Kedua, pentingnya penyusunan Roadmap Blueprint Pembangunan masa depan.
“Ini yang kami sebut Pola Pembangunan Semesta dan Berencana, baik dalam perspektif 25 tahun, 50 tahun, bahkan 100 tahun depan,” katanya.
Ketiga, peningkatan kualitas sumber daya manusia secara progresif dan berkelanjutan bagi peningkatan daya saing bangsa, serta peningkatan kemampuan bangsa untuk berdikari.
Pada poin itu Megawati sempat menyinggung soal global warming yang mengancam ketahanan pangan berbagai negara di dunia. Kejadian seperti perang Rusia-Ukraina semakin menambah masalah, terbukti pasokan gandum dunia tertahan.
Baginya, Indonesia, Malaysia, dan Singapura, misalnya bisa bergotong royong mengatasi permasalahan pangan global itu, yang bisa mengancam kemampuan berdikari masing-masing negara.
“Kita ketahui di seluruh dunia terjadi perubahan, global warming. Kita khawatir kalau berjalan terus begini, kemampuan membangun ketahanan pangan, akan menjadi sulit,” ujar dia.
Poin keempat, kata Megawati, adalah pentingnya disiplin nasional, disertai internalisasi sistem nilai dan budaya bangsa yang mengedepankan keadilan, integritas, daya juang, dan kemampuan untuk berkolaborasi melalui penciptaan nilai tambah guna mendorong kemajuan.
Kelima, tata kelola dan tata penyelenggaraan pemerintahan negara yang baik, guna memastikan bekerjanya seluruh fungsi dasar negara secara berkeadilan.
“Konstruksi pemikiran ini di dalam pelaksanaannya memerlukan kepemimpinan strategis sebagai bauran kemampuan merancang visi masa depan, kemampuan teknokrat, professionalisme. dan pentingnya tanggung jawab bagi kepentingan rakyat, bangsa, dan negara,” ujarnya.
Dalam acara itu, Megawati didampingi putra dan putrinya M. Rizki Pratama dan Puan Maharani, cucu, dan para sahabat dekatnya.
Mantan Menteri ESDM dan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro juga hadir, serta Kepala BPIP Yudian Wahyudi dan Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian.
Tampak juga Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia Dato’ Indera Hermono.
Dari jajaran partai, hadir Ketua DPP PDIP Bidang Luar Negeri Ahmad Basarah dan Ketua DPP PDIP Bidang Kelautan dan Perikanan Rokhmin Dahuri. Hadir pula sejumlah Anggota Fraksi PDIP di DPR, antara lain Charles Honoris dan Mufti Aimah Nurul Anam.
Jajaran UTAN yang hadir dipimpin oleh Canselor Universiti Tunku Abdul Rahman Tun Dr. Ling Liong Sik, Ketua Pengarah Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Tinggi Malaysia Prof. Azlinda binti Azman, Senat Guru Besar Tan Sri Dato’ Seri Dr. Ting Chew Peh, hingga Presiden Universiti Tunku Abdul Rahman Prof. Dato’ Dr. Ewe Hong Tat.
Gelar doktor kehormatan dari UTAN tersebut merupakan yang ke-10 bagi Megawati Soekarnoputri dari berbagai universitas.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Megawati sampaikan pendekatan transformasi sosial saat orasi ilmiah