Beirut (ANTARA) - Pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNFIL) menyuarakan keprihatinan mendalam atas kemungkinan peningkatan permusuhan setelah pembunuhan wakil kepala biro politik Hamas, Saleh al-Arouri, di Ibu Kota Beirut pada Selasa malam (2/1).
"Eskalasi ini dapat menyebabkan banyak kehancuran bagi orang-orang di kedua sisi Garis Biru," kata Wakil Juru Bicara UNFIL Kandice Ardiel kepada kantor berita resmi Lebanon NNA, Rabu.
Garis Biru adalah tembok beton yang didirikan oleh PBB pada 2000 dengan tujuan untuk mengonfirmasi penarikan pasukan Israel dari selatan Lebanon.
“Kami terus mendesak semua pihak untuk berhenti melakukan penembakan, dan kami juga mengimbau kepada semua pihak yang berpengaruh untuk mendorong tindakan menahan diri,” ujar dia.
Arouri tewas dalam serangan pesawat tak berawak Israel di Beirut selatan, menurut media Hamas dan Lebanon. Israel belum secara resmi mengaku bertanggung jawab.
Di tengah kekhawatiran akan eskalasi, bentrokan perbatasan antara pasukan Israel dan kelompok Hizbullah terus berlanjut sejak perang Israel dengan Hamas di Gaza pada 7 Oktober 2023.
Sumber: Anadolu
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: PBB khawatirkan eskalasi konflik setelah pembunuhan tokoh Hamas
Berita Terkait
Serba-serbi pasca pelaksanaan kesepakatan gencatan senjata Lebanon-Israel
01 December 2024 7:21 Wib
Parlemen Lebanon akan memilih presiden pada 9 Januari 2025
29 November 2024 11:55 Wib
Malaysia menyambut baik perjanjian gencatan senjata di Lebanon
28 November 2024 18:01 Wib
ICC mengusulkan penangkapan kepala junta Myanmar atas persekusi Rohingya
27 November 2024 19:48 Wib
AS kembali veto rancangan resolusi DK PBB gencatan senjata Gaza
21 November 2024 15:15 Wib
Palestina kecam veto AS atas resolusi gencatan senjata di Gaza di PBB
21 November 2024 13:32 Wib
PBB sebut Veto AS tunjukkan "tiadanya mufakat" DK PBB atas isu Palestina
21 November 2024 12:22 Wib