China meminta Filipina pindahkan kapal perang dari Laut China Selatan

id china,filipina,laut china selatan,kerusakan lingkungan,terumbu karang,brp sierra madre

China meminta Filipina pindahkan kapal perang dari Laut China Selatan

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, China pada Rabu (10/7/2024) (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

Beijing (ANTARA) - Pemerintah China meminta agar Filipina segera memindahkan kapal perangnya yang sengaja dikaramkan di Laut China Selatan yaitu BRP Sierra Madre untuk segera dipindahkan.

"Kami terus meminta Filipina untuk memindahkan kapal perang yang terlarang untuk berlayar di Ren'ai Jiao dan berhenti merusak ekosistem di Ren'ai Jiao," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian dalam konferensi pers di Beijing, China pada Rabu.

BRP Sierra Madre adalah kapal pendarat tank era Perang Dunia II, yang sengaja dikaramkan Filipina pada 9 Mei 1999, sebagai bagian dari klaim kedaulatannya atas Second Thomas Shoal atau "Beting Ayungin" atau disebut China sebagai "Ren'ai Jiao" di terumbu karang Kepulauan Spratly yang disengketakan China dan Filipina, maupun beberapa negara Asia Tenggara lainnya.

Pusat Ekologis Laut China Selatan, Kementerian Sumber Daya Alam China sebelumnya menyampaikan pernyataaan berdasarkan penelitian pada April-Juni 2024 bahwa BRP Sierra Madre menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitarnya termasuk terumbu karang.

"Ren'ai Jiao adalah bagian dari Nansha Qundao China. Kami sangat mementingkan perlindungan sistem terumbu karang Nansha Qundao dan lingkungan laut di sekitar pulau-pulau serta terumbu karangnya, dan telah mengambil langkah-langkah efektif dalam hal ini," tambah Lin Jian.

Laporan tersebut, menurut Lin Jian, memperjelas bahwa BRP Sierra Madre dengan berbagai aktivitasnya adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas kerusakan ekosistem terumbu karang di Ren'ai Jiao.

"Ini adalah kesimpulan berdasarkan fakta dan penyelidikan ilmiah, sedangkan Laporan Penilaian mengenai Ekologi Laut dan Status Lingkungan Huangyan Dao yang juga baru dirilis merupakan contoh lain betapa seriusnya China dalam menjaga lingkungan ekologis di kawasan Huangyan Dao karena menunjukkan kualitas lingkungan yang sangat baik di kawasan Huangyan Dao, yang mencerminkan upaya dan efektivitas China dalam melindungi ekosistem laut," ungkap Lin Jian.

Pemerintah China mengklaim hak kedaulatan dan yurisdiksi atas kepulauan yang disebut "Nanhai Zhudao" di Laut China Selatan yaitu terdiri dari Dongsha Qundao, Xisha Qundao, Zhongsha Qundao dan Nansha Qundao atau lebih dikenal sebagai Kepulauan Pratas, Kepulauan Paracel, Kepulauan Spratly dan area Tepi Macclesfield.

Huangyan Dao atau yang juga dikenal sebagai Pulau Scarborough juga masuk dalam kawasan yang disengketakan China dengan negara Asia Tenggara lainnya, namun berbeda lokasi dengan Ren'ai Jiao. Di Huangyang Dao, tidak ditemukan sianida yang biasa digunakan untuk pelapisan listrik, pembuatan cat seperti yang ditemukan di kawasan Ren'ai Jiao.

Filipina menempatkan kapal BRP Sierra Madre yang diklaim Filipina berada di dalam zona ekonomi eksklusifnya dan secara rutin melakukan rotasi pasukan maupun pengiriman logistik ke kapal tersebut.

Hasil penelitian dari Pusat Ekologi Laut Cina Selatan dan Institut Penelitian Pembangunan Laut Cina Selatan di bawah Kementerian Sumber Daya Alam menggunakan penginderaan satelit dan observasi lapangan di 18 stasiun survei sepanjang terumbu karang menunjukkan tutupan karang hidup dan kekayaan spesies di lereng laguna sekitar kapal jauh lebih rendah dibandingkan di lereng di bagian laut lainnya.

Struktur komunitas invertebrata di Ren'ai Jiao menjadi tidak seimbang, khususnya di sekitar kapal militer. Kandungan logam berat, fosfor anorganik terlarut (dissolved inorganic phosphorus atau DIP) dan minyak jauh sangat tinggi. Selain itu, puing-puing termasuk jaring ikan, banyak ditemukan di wilayah tersebut.

Berdasarkan evaluasi dan analisis lapangan, kapal militer itu terbukti telah merusak keanekaragaman, stabilitas, dan keberlanjutan ekosistem terumbu karang karena kondisi kapal yang kandas secara berkepanjangan secara signifikan menghambat pertumbuhan dan pemulihan karang di daerah sekitarnya.

Sejak 1999, lambung kapal mengalami korosi parah karena kerusakan akibat karat. Personil membuang limbah domestik, membakar sampah dan limbah ke perairan dan terlibat dalam kegiatan penangkapan ikan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.

Selain itu berdasarkan analisis citra penginderaan jauh, dibandingkan kondisi pada 2011 dan 2024, tutupan karang pembentuk terumbu di Ren'ai Jiao menurun sekitar 38,2 persen. Sedangkan tingkat penurunan terumbu yang mengelilingi kapal dalam radius 400 meter dari kapal bahkan menurun hingga 87,3 persen.



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: China minta Filipina pindahkan kapal perang dari Laut China Selatan