Indosat bangun BTS di perbatasan Indonesia - Malaysia

id Perbatasan Entikong, Indosat, Perbatasan Indonesia - Malaysia

Indosat bangun BTS di perbatasan Indonesia - Malaysia

Perbatasan Indonesia - Malaysia di Entikong (Foto ANTARA / Agus Setiawan)

"Kami akan membangun 63 BTS mulai dari Sambas, Sintang, Putussibau, Malinau, sampai Nunukan," kata Kepala Divisi Operasi Jaringan Kalimantan Indosat Ooredo, Andri, di Balikpapan, Kamis.

Balikpapan, (AntaraKL) - Operator telekomunikasi Indosat Ooredo mendapat mandat membuka isolasi komunikasi bagi kampung-kampung di sepanjang perbatasan Indonesia-Malaysia dengan membangun menara "base transceiver station" (BTS). 

"Kami akan membangun 63 BTS mulai dari Sambas, Sintang, Putussibau, Malinau, sampai Nunukan," kata Kepala Divisi Operasi Jaringan Kalimantan Indosat Ooredo, Andri, di Balikpapan, Kamis. 

Tugas seperti ini juga diberikan kepada operator seluler yang lain, yaitu Telkomsel, yang mengerjakannya sejak 2016.   

BTS atau secara sederhana disebut menara komunikasi adalah seperangkat alat yang menjadi penghubung alat komunikasi atau gawai dengan gawai lainnya, baik dalam area yang sama maupun berbeda.

Setiap BTS yang akan dibangun Indosat bisa menampung koneksi secara serentak untuk 100 gawai sekaligus. BTS itu mampu melayani komunikasi orang yang berada dalam radius 5 km, juga dengan bantuan satelit komunikasi. 

Untuk sementara, tambahnya, BTS-BTS perbatasan ini baru melayani jaringan 2G atau cukup untuk telepon dan pengiriman pesan pendek. 

Menurut Andri, untuk pengadaan BTS di daerah-daerah yang terpencil itu, diadakan kerja sama untuk berbagi peran oleh sejumlah pihak. 

Untuk pengadaan lahan bagi menara, pemerintah setempat yang bertanggung jawab, setelah diusulkan titik koordinat peletakan BTS itu oleh Indosat selaku pihak yang menguasai aspek teknis. 

Kemudian, pemerintah daerah menjadi pihak yang menanggung biaya pembangunan dan pemeliharaan, termasuk juga memilih kontraktor yang akan membangun BTS itu. 

Ia menambahkan, biaya pembangunan BTS di daerah terpencil itu bisa mencapai tiga kali lipat daripada BTS di kota, yang lebih kurang Rp600 juta hingga Rp700 juta. 

Mengingat lokasi kerja yang jauh, nyaris tidak ada kontraktor biasa yang mau mengerjakan proyek pembangunan BTS itu. Beberapa pemerintah kabupaten lalu meminta tolong TNI, yang kemudian menurunkan pasukan zeni bangunan untuk mengerjakan proyek tersebut.