Kuala Lumpur (ANTARA) - Saya tak menyangka, Kamis (07/01/2021) lalu adalah akhir percakapan dengan Mas Mul untuk selamanya. Itupun tak sempat saya mendengar suaranya di ujung telepon, bertepatan dengan saya menggunakan handphone untuk rapat online.
Melalui chat whatsapp, Mas Mul menanyakan pengelolaan klinik Merial Health yang dirintis bareng teman-teman Bakornas Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) pada masanya, dokter Ardi dan kawan-kawan.
Rupanya beliau ingin melakukan tes PCR, untuk memastikan ia sehat dalam perjalanannya yang benar-benar terakhir dengan Pesawat Sriwijaya Air SJ 182.
Mas Mul, tidak hanya Sekjen Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) periode 2013-2015 dan akhirnya terpilih sebagai Ketum PB HMI 2016-2018. Beliau sebagai kakak, juga sebagai guru terbaik dalam mengelola organisasi sebesar Himpunan Mahasiswa Islam.
Pernah dalam sebuah masa, kami berkontestasi di Kongres HMI. Mas Mul yang peroleh suara kedua setelah saya, ditawari oleh kandidat yang lain untuk menjadi Ketum PB HMI. Namun, kesempatan itu beliau tolak dan menyerahkan seluruh suaranya kepada saya. Ini menunjukkan komitmen yang kuat dari sosok Mas Mul.
Pernah juga, kami bertarung sebenar-benar dan sebesar-besarnya dalam PB HMI 2013-2015, meski di ujung saya menurunkan ego saya sebagai pemimpin kemudian menghampirinya ke kosan dan belajar banyak hikmah. Kala itu, reshuffle kepengurusan, yang baginya saya tak cukup adil.
Belum lagi, cerita panjang tentang peristiwa hijrah dari sekretariat di Jalan Diponegoro ke Jalan Sultan Agung. Berbagai fitnah diluncurkan, hingga upaya lapor-melapor kepolisian dilakukan oleh teman-teman kami sendiri.
Di akhir periode saya sebagai Ketua Umum (Ketum) PB HMI 2013-2015, Kongres XXIX HMI di Pekanbaru, Mas Mul akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PB HMI 2016-2018. Kami semua ikut membalas, menuntaskan komitmen yang telah kami bangun dua tahun sebelumnya.
Mas Mul, pertemuan pertama kita selain rapat-rapat di sekretariat PB HMI adalah ketika bertemu di Terminal Busway Manggarai. Sore itu, saya baru pulang kerja dari Klinik Cempaka Putih dan Mas Mul baru pulang kuliah dari Universitas Trisakti.
Mas Mul, terpaut lima tahun usia diatas saya. Begitupun proses di HMI, Beliau lebih dulu aktif sebagai Ketua Bidang Pembinaan Anggota/Kaderisasi PB HMI 2010-2012, saya sebagai Wasekjen Eksternal PB HMI 2010-2012.
Dalam Kongres yang panjang, sebulan dan di tiga tempat, saya ditakdirkan bekerjasama dengan beliau dalam PB HMI 2013-2015.
Suatu waktu pelantikan HMI di Pontianak, saya memaksa Mas Mul untuk melanjutkan penerbangan ke Sintang, Kalbar. Dengan menggunakan pesawat ATR, kami tiba di salah satu kabupaten transmigran terjauh di Kalimantan, 1.600 kilometer dari Jakarta.
Mas Mul memperkenalkan saya dengan kedua orang tuanya, beralas lantai semen, kami menikmati teh hangat dari Ibunda Mas Mul siang itu. Saya membayangkan sembari bersyukur, bagaimana HMI bisa mengangkat kami semua dari bukan siapa-siapa hingga seperti hari ini.
Saya datang kembali ke Pontianak Kalbar untuk menghadiri pernikahan Mas Mul tanggal 20 November 2020, sebulan lebih yang lalu. Saya sangat bahagia, akhirnya Mas Mul dipertemukan dengan kekasih sejatinya, yang kini bersamanya menuju surga.
Seringkali kami semua di whatsapp group (WAG) PB HMI 2013-2015 memperingati Mas Mul untuk segera menikah. Alhamdulillah, dalam usia 39 tahun beliau akhirnya menikah dengan kebahagiaan sangat terang terpancar.
Mas Mul adalah tokoh muda muslim dengan komitmen keumatan dan kebangsaan yang tidak perlu diragukan. Suatu waktu beliau di garda terdepan dalam Aksi Bela Islam 212 dan 411, reaksi terhadap penistaan agama Islam.
Di tempat yang lain, beliau mendirikan SAMAWI (Solidaritas Ulama Muda Jokowi) untuk memastikan kemenangan Jokowi periode kedua berpasangan dengan KH. Maruf Amin. Berpasangan dengan Ketua Umum MUI, setelah sebelumnya dengan Ketua Umum DMI.
Begitulah beberapa cerita, dari jutaan cerita lain bersama Mas Mul dalam kehidupan organisasi HMI maupun kehidupan pribadinya. Beliau adalah sosok yang tenang, tegas, sangat baik, pengayom bagi adik-adiknya.
Sejak malam tadi mewakili keluarga di Sintang-Kalbar, saya ikut memastikan kabar penumpang di Crisis Center, Terminal 2D Soekarno Hatta. Pagi ini, saya ke Posko Pencarian, Dermaga JICT Pelabuhan Tanjung Priok menunggu kabar dan menyaksikan puing-puing pesawat.
Akhir tulisan ini, saya ingin mengingatkan diri saya juga mungkin berguna untuk kita semua yang telah ditempa dan dibesarkan Himpunan Mahasiswa Islam. Mas Mul selalu berbinar-binar dan penuh semangat ketika menjelaskan keduanya.
Pertama, Mas Mul sangat ingin ada dana abadi perkaderan untuk Himpunan Mahasiswa Islam. Mimpi ini yang membuat beberapa dari Ketum PB HMI, Ketum Kohati PB HMI, hingga Ketua BPL PB HMI berkumpul membentuk Yayasan Perkaderan Insan Cita, Mas Mul sendiri sebagai Ketua Yayasan.
Kedua, Mas Mul merindukan Kongres HMI yang padat gagasan dan melahirkan satu pemimpin dan generasi terbaik umat dan Bangsa. Menolak segala macam budaya transaksional yang bisa merusak organisasi, yang telah banyak melahirkan pemimpin umat dan bangsa.
Kita berdoa Mas Mul dan keluarga peroleh takdir terbaiknya, tercurah kebahagiaan dunia hingga akhirat.
Sampai jumpa Mas Mul, Sekjen PB HMI 2013-2015 dan Ketum PB HMI 2016-2018.
* Ketua Umum PB HMI 2013-2015 / Komisaris Bank Syariah Indonesia
Mulyadi, HMI, dan Sriwijaya Air SJ 182
Saya datang kembali ke Pontianak Kalbar untuk menghadiri pernikahan Mas Mul tanggal 20 November 2020, sebulan lebih yang lalu. Saya sangat bahagia, akhirnya Mas Mul dipertemukan dengan kekasih sejatinya, yang kini bersamanya menuju surga.