New York (ANTARA) - Harga minyak anjlok sekitar sembilan persen pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), mencatat penurunan harian terbesar sejak Maret di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi global dan penguncian di China serta penguatan greenback dapat memangkas permintaan.
Patokan global harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terperosok 10,73 dolar AS atau 9,5 persen, menjadi menetap di 102,77 dolar AS per barel.
Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus merosot 8,93 dolar AS atau 8,2 persen menjadi ditutup di 99,50 dolar AS per barel. Tidak ada penyelesaian untuk WTI pada Senin (4/7/2022) karena hari libur AS.
Kedua harga acuan mencatat penurunan persentase harian terbesar sejak 9 Maret dan memukul harga saham perusahaan minyak dan gas utama.
"Kami sedang mendapatkan krim dan satu-satunya cara Anda dapat menjelaskan adalah ketakutan akan resesi," kata Direktur Energi Berjangka Mizuho, Robert Yawger. "Anda sedang merasakan tekanan."
Harga minyak berjangka tenggelam bersama dengan gas alam, bensin dan ekuitas, yang sering menjadi indikator permintaan minyak mentah.
Berita Terkait
Menteri ESDM pertimbangkan Afrika jadi alternatif suplai minyak mentah di tengah konflik Timur Tengah
19 April 2024 16:19 Wib
Garuda Indonesia lakukan penerbangan komersial pertama gunakan Pertamina SAF
27 October 2023 17:35 Wib
Indonesia dan Malaysia akan bahas regulasi deforestasi dengan Uni Eropa
28 May 2023 4:44 Wib
Limbah minyak di perairan Batam diduga dari kapal terbakar di Perairan Malaysia
03 May 2023 14:19 Wib
Menko Airlangga pastikan program B35 tidak ganggu pasokan minyak goreng
31 January 2023 17:42 Wib, 2023
Malaysia desak produsen sawit tingkatkan kerja sama setelah adanya aturan baru Uni Eropa
12 January 2023 17:37 Wib, 2023
Indonesia mempertimbangkan beli minyak Rusia karena harga melonjak
12 September 2022 13:05 Wib, 2022
Sri Mulyani: Potensi resesi global akan mempengaruhi harga minyak di 2023
07 September 2022 12:21 Wib, 2022