Sosok Sephia Jangkup, dokter perempuan pertama dari Suku Amungme

id Sephia Jangkup,dokter perempuan pertama Amungme,YPMAK,PT Freeport Indonesia, PTFI,UKI Jakarta,FK UKI Oleh Evarianus Supar

Sosok Sephia Jangkup, dokter perempuan pertama dari Suku Amungme

dr Sephia Chrisila Jangkup (ANTARA/HO-Humas YPMAK)

Manokwari (ANTARA) - Acara pengambilan sumpah dokter yang digelar di Auditorium Graha William Soeryadjaya (GWS) oleh Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta pada Jumat (10/1), mencatatkan sejarah bagi masyarakat Amungme, Papua.

Dari 45 orang dokter muda yang dikukuhkan saat itu, terdapat satu putri asal Papua.Dia adalah Sephia Chrisila Jangkup, perempuan pertama dari suku Amungme di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.

Sephia--demikian dia biasa disapa--berasal dari Kampung Aroanop, Distrik Tembagapura, Mimika.

Dia berhasil menyelesaikan pendidikan kedokteran dalam tenggat waktu keseluruhan sekitar 6 tahun, yaitu 3,5 tahun studi kedokteran di FK UKI, ditambah 2 tahun mengikuti Koas (Co-Assistant) dan Ujian Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD).

Putri pertama dari pasangan Oktovian Jangkup-Elsye Klarce Rahakbauw kelahiran Sukabumi, 15 September 2000, itu mulai kuliah di FK UKI pada 2018 dan menyelesaikan pendidikannya dengan IPK pendidikan profesi dokter 3,57.

"Saya mengucap syukur kepada Tuhan karena bisa menjadi perempuan pertama Amungme yang menjadi dokter. Tentu ini kebanggaan kepada orang tua, masyarakat Amungme dan Kamoro dan semua pihak yang memberikan dukungan kepada saya," tutur Sephia saat dihubungi dari Manokwari, Kamis (16/1).

Sephia mengaku sejak kecil sudah bercita-cita ingin menjadi dokter. Saat masih kanak-kanak, orang tua Sephia sering membelikan permainan 'dokter-dokteran' seperti stateskop, jarum suntik dan lainnya.

Pilihan hidupnya untuk menjadi seorang dokter semakin mantap saat memasuki jenjang pendidikan SMA pada SMA Lokon St. Nikolaus Tomohon, Sulawesi Utara. Lantaran prestasi akademiknya bagus, Sephia memilih jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Sejak kelas 7 sampai kelas 9 di SMA Lokon, Sephia selalu mendapatkan rangking 1 di kelas. Saat tamat tahun 2018, dia masuk 10 besar terbaik untuk satu angkatan sehingga mendapatkan medali perunggu.

Dukungan YPMAK dan PTFI

Sephia bisa menyelesaikan pendidikan hingga menjadi dokter berkat dukungan penuh dari Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Amungme dan Kamoro (YPMAK) serta PT Freeport Indonesia.

Dia merupakan peserta program beasiswa YPMAK sejak duduk di bangku SMP Lokon St Nikolaus, Tomohon.

Dia sungguh menyadari tanpa dukungan beasiswa dari YPMAK dan PTFI, cita-cita menjadi dokter hanyalah sebuah mimpi. Apalagi pendidikan kedokteran di Indonesia membutuhkan biaya ratusan juta rupiah.

"Biaya kuliah kedokteran di UKI itu sekitar Rp200 juta sampai Rp300 juta. Biaya Koas bisa mencapai Rp400 juta, belum lagi biaya-biaya lainnya. Beruntung saya mendapatkan beasiswa dari YPMAK dan PTFI," tuturnya.

Dia berharap kesuksesannya bisa menginspirasi ribuan putra-putri suku Amungme dan Kamoro serta Papua lainnya untuk bisa meraih prestasi yang sama, bahkan lebih.

"Kalau ada ketekunan, semangat dan kerja keras serta selalu mengandalkan Tuhan, pasti selalu ada jalan untuk menjadi orang-orang yang hebat," pesan Sephia.