MAKI duga sistem kuota sebabkan monopoli harga daging kerbau India di Indonesia

id Boyamin Saiman, MAKI, monopoli harga, daging kerbau India

MAKI duga sistem kuota sebabkan monopoli harga daging kerbau India di Indonesia

Koordinator Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman di Kuala Lumpur, Malaysia, Jumat (19/12/2025). (ANTARA/HO-Dokumentasi pribadi)

Kuala Lumpur (ANTARA) - Koordinator Masyarakat Antikorupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman menduga pemberlakuan sistem kuota impor dan tata kelola yang kurang baik, menyebabkan terjadinya monopoli harga komoditas daging kerbau asal India di Indonesia.

Hal itu diutarakan Boyamin usai meninjau harga jual daging kerbau asal India di Kuala Lumpur, Malaysia dan membandingkannya dengan harga daging kerbau India yang dijual di Indonesia.

"Saya ke Kuala Lumpur memang ada urusan terkait dengan tata kelola daging kerbau yang impor dari India, di mana di Indonesia harganya di atas Rp120.000 per kilo. Kalau di Malaysia tidak melebih dari Rp100.000, bahkan ada yang Rp80.000 kalau dirupiahkan," kata Boyamin kepada ANTARA di Kuala Lumpur, Jumat.

Dia mengatakan di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Kuala Lumpur, di Suria, KLCC, harga daging kerbau asal India dijual lebih murah dari di Indonesia.

Begitu juga dengan harga daging kerbau India yang dijual di supermarket grosir dan di pasar basah di Kuala Lumpur, yang harganya lebih murah dari daging kerbau India yang dijual di tanah air.

"Ini saya akan menyampaikan pada pemerintah Indonesia, kita sama-sama impor dari India dengan jarak yang sama, dan kalau bicara kemakmuran itu lebih makmur Malaysia begitu, tapi justru harga daging kerbau yang dijual kepada masyarakat lebih mahal," kata dia.

Dia menilai hal tersebut disebabkan tata kelola yang kurang baik, di mana sistem kuota impor yang diberlakukan di Indonesia mengarah kepada praktik monopoli harga, sehingga pedagang atau importir menjualnya dengan harga semaunya.

Dengan demikian harga daging kerbau asal India di Indonesia menjadi mahal.

"Karena toh dengan harga mahal itu toh tetap akan laku, karena memang beda jauh dengan daging sapi. Kalau daging sapi kan mendekati Rp200.000, sehingga daging kerbau jadi murah, lebih murah dan dicari masyarakat," ujarnya.

Dia juga memberi sejumlah catatan bahwa kerbau India pun diduga mengalami penyakit mulut dan kuku. Di sisi lain ada dugaan pencampuran daging kerbau dan daging sapi yang dijual di Indonesia.

"Sehingga orang tidak tahu itu daging kerbau atau daging sapi. Sehingga orang ya konsumen banyak yang diduga tertipu, karena daging kerbau itu tidak diberi label yang jelas. Diduga dicampur dengan daging sapi dengan dikatakan itu daging sapi, sehingga masyarakat tidak tahu bahwa itu sebenarnya daging kerbau," jelasnya.

MAKI mendorong pemerintah Indonesia untuk membuat tata kelola importasi daging kerbau yang lebih baik. Boyamin menyatakan jika dugaan monopoli terbukti benar, maka hal itu sejalan dengan tugas dan misi MAKI untuk mencegah korupsi dan mendorong terciptanya tata kelola pemerintahan yang baik.

"Supaya tidak ada kongkalikong penguasa dan pengusaha. Di mana kalau ini hanya diizinkan pada pihak-pihak tertentu, maka akan terjadi monopoli dan yang rugi akhirnya masyarakat karena membeli mahal," kata dia.

MAKI menyatakan akan berupaya menguak dan menghancurkan dugaan praktik monopoli tersebut agar masyarakat Indonesia bisa mendapatkan daging sesuai keterangan kemasan dengan harga yang murah, seperti di Malaysia.

Pewarta :
Editor: Rangga Pandu Asmara Jingga
COPYRIGHT © ANTARA 2025


Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.