179 PMI pulang ke Surabaya dari KLIA

id Malaysia,AOMI,PMI,PMI Jawa Timur

179 PMI pulang ke Surabaya  dari KLIA

Sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) non prosedural peserta pemulangan program rekalibrasi tahap empat sedang antri "check in" di Bandar Udara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) di Kuala Lumpur, Sabtu (6/3/2021). Sebanyak 179 pekerja pulang ke Surabaya dengan menggunakan pesawat carter Malindo dengan difasilitasi Aliansi Organisasi Masyarakat Indonesia (AOMI) di Malaysia dan KBRI Kuala Lumpur. ANTARA Foto/Agus Setiawan

"Bulan Maret dan April kami prediksikan saat puncak karena teman-teman PMI ingin pulang saat puasa dan lebaran di kampung," katanya.
Kuala Lumpur (ANTARA) - Sebanyak 179 Pekerja Migran Indonesia (PMI) non prosedural peserta pemulangan program rekalibrasi Departemen Imigrasi Malaysia (JIM) pulang ke Surabaya dengan menggunakan pesawat carter Malindo Air OD 355, Sabtu (6/3/2021).

"Pemulangan kali ini carter yang ke empat kali yang dilaksanakan oleh AOMI. Hari ini penuh sesuai dengan kapasitas pesawat," ujar salah satu Presidium Aliansi Organisasi Masyarakat Indonesia (AOMI) di Malaysia, Khairul Hamzah ketika ditemui di Bandar Udara KLIA, Sabtu.

Pengurus Badan Perwakilan KNPI Malaysia tersebut mengatakan para pekerja yang ikut program pemulangan kali ini beberapa diantaranya ada yang sakit dan hamil.

"Proses pemulangan para pekerja tujuan Surabaya, Provinsi Jawa Timur ini didampingi 13 ormas anggota AOMI. Paling banyak para pekerja pendaftar dari KNPI, Himaka dan Ikatan Keluarga Madura di Malaysia (IKMA)," katanya.

Dia mengatakan diantara pekerja yang sudah mendaftar pulang ada juga yang meninggal dunia sedangkan pada penerbangan sebelumnya meninggal setelah tiba di tanah air.

"Untuk penerbangan kali ini ada satu yang batal karena positif COVID-19. Bagi mereka yang diketahui positif dan sudah bayar kami kembalikan biayanya seratus persen," katanya.

Khairul Hamzah mengatakan untuk proses pemulangan saat ini menggunakan Malindo dengan pertimbangan lebih mudah karena kantornya berada di Kuala Lumpur.

"Saat penerbangan perdana dengan Citilink pelayanan juga bagus dan tidak ada kendala. Sayangnya mereka tidak mempunyai kantor di Kuala Lumpur. Kami menggunakan dolar yang harus ditransfer sehingga agak terkendala," katanya.

Hamzah mengatakan selama proses pendampingan pemulangan PMI yang sering menjadi masalah adalah data tidak lengkap, kemudian sering terjadi perubahan penumpang menjelang pemulangan dan penanganan pekerja yang sakit.

"Kami seringkali tidak tahu sakitnya. Begitu tiba di KLIA tidak ada yang membantu mendorong di kursi roda, terpaksa kami mencari anak-anak muda yang kuat. Semestinya kalau penumpang sakit harus ada yang mendampingi," katanya.

Hamzah mengatakan rencananya sepekan sekali akan ada pemulangan PMI ke tanah air bahkan bisa lebih lagi.

"Bulan Maret dan April kami prediksikan saat puncak karena teman-teman PMI ingin pulang saat puasa dan lebaran di kampung," katanya.

Turut hadir di Bandara KLIA Dubes RI di Kuala Lumpur, Hermono, Wakil Dubes, Agung Cahaya Sumirat, Koordinator Fungsi Konsuler, Rijal Alhuda dan Koordinator Fungsi Pensosbud, Yoshi Iskandar.