Kehadiran Ibu Negara Iriana jadi surat terbuka untuk perdamaian dunia

id Iriana Jokowi,Ibu Negara di Ukraina,Simbol perdamaian dunia Oleh Putu Indah Savitri

Kehadiran Ibu Negara Iriana jadi surat terbuka untuk perdamaian dunia

Ibu Negara Iriana Joko Widodo memeluk seorang wanita warga Ukraina yang tengah dirawat di Pusat Ilmiah dan Bedah Endokrin, Transplantasi Organ dan Jaringan Endokrin Ukraina, di Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022). (ANTARA/HO-Biro Pers)

Jakarta (ANTARA) - Sentuhan lembut beriring dengan tatapan teduh dari seorang ibu menghantarkan rasa hangat kepada siapa pun yang menerimanya.

Hangat yang menenangkan hati kala gundah melanda, juga hangat yang memberi rasa aman ketika rasa takut mengusik benak. Perasaan itulah yang Iriana Joko Widodo berikan kepada para korban peperangan Rusia dan Ukraina.

Kehadiran Iriana, selaku Ibu Negara Republik Indonesia, merupakan surat terbuka bagi dunia bahwa Indonesia menginginkan perdamaian.

Di tengah teror dan rasa takut yang mendominasi Kyiv dan di antara puing-puing bangunan yang tak lagi menjadi tempat aman untuk bernaung dan beristirahat, Iriana tanpa ragu memijakkan kaki di sana. Ia mendampingi sang suami, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, dalam satu misi yang sama, yakni perdamaian dunia.

Sebagaimana pandangan Wakil Koordinator Maju Perempuan Indonesia Titi Anggraini, kehadiran Iriana merupakan simbol keberpihakan kepada mereka yang menjadi korban perang, khususnya perempuan dan anak.

Kehadiran Ibu Negara sebagai seorang perempuan membawa pesan kemanusiaan yang kuat bahwa perang secara langsung mengorbankan perempuan dan anak.

Tak dapat dipungkiri, kelompok yang paling terdampak oleh perang adalah perempuan dan anak; mulai dari kehilangan nyawa, mengalami kecacatan, kehilangan tempat tinggal, terpisah dari keluarga, hingga trauma psikologis yang berkepanjangan.

Lebih dari itu, perempuan dan anak juga rentan mengalami eksploitasi untuk ikut berperang dan bahkan mengalami penyiksaan fisik hingga kekerasan seksual.

Indonesia, sebagai negara yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan, tidak akan bungkam ketika melihat derita yang melanda setiap insan di bumi ini. Oleh karenanya, Iriana mengambil risiko untuk ikut mendampingi Presiden Jokowi ke negara yang sedang berperang.

"Kalau bukan dilatarbelakangi misi perdamaian dan solidaritas berdasar perikemanusiaan yang beradab, tentu beliau tak akan mengambil pilihan seperti itu," tutur Titi Anggraini.


Perempuan dan perdamaian

Kehadiran Iriana juga menjadi simbol bahwa perempuan memiliki nilai unggul untuk membangun pendekatan persuasif kepada para pihak yang tengah bertempur.

Terlepas dari risiko perang yang harus ia hadapi kala menjejakkan kaki di Ukraina, Iriana juga melawan stigma yang mengesankan urusan perdamaian di tengah peperangan lebih baik diperankan oleh laki-laki.

Pendekatan etis dan humanis ala perempuan yang ditunjukkan oleh Iriana saat bertemu perempuan korban perang di Ukraina merupakan bukti bahwa perempuan juga memiliki peranan penting dalam mewujudkan perdamaian di tengah peperangan.

Melihat kembali ke berbagai capaian perempuan yang berhasil mengguratkan sejarah dunia, Titi mengungkapkan bahwa sudah banyak perempuan yang mumpuni dalam membangun perdamaian dunia.

Sebutlah ada Malala Yousafzai, yang memperoleh penghargaan Nobel Perdamaian atas perjuangannya melawan penindasan anak-anak dan pemuda serta untuk mendapatkan hak pendidikan bagi mereka.