Tak terbatas pada Malala Yousafzai, terdapat tokoh perdamaian perempuan lain, yakni presiden perempuan pertama yang terpilih secara demokratis di Afrika, yaitu Presiden Liberia periode 2006-2018 Ellen Johnson Sirleaf.
Penghargaan Nobel Perdamaian yang ia peroleh itu merupakan hasil usahanya untuk mewujudkan perdamaian dan pemenuhan hak-hak perempuan tanpa menggunakan kekerasan.
Capaian-capaian tersebut merupakan bukti bahwa perempuan, di atas segala tantangan struktural dan stigma yang melekat, juga bisa mewujudkan perdamaian melalui aktivitas kemanusiaan tanpa melibatkan kekerasan.
Bagi Titi Anggraini, yang menjadi tantangan adalah kesempatan bagi perempuan untuk membuktikan kemampuan mereka; dan dalam hal ini, Ibu Negara tidak melepaskan kesempatan untuk hadir di Ukraina dan menjalankan misi kemanusiaannya.
Kehadirannya merupakan simbol bahwa seorang ibu tak akan pernah gentar untuk hadir dan menyalurkan kehangatan bagi anak-anaknya yang terjebak di dalam dinginnya rasa takut dan ketidakpastian.
Seorang ibu bersedia untuk menjadi tameng terdepan guna melindungi anak-anak mereka dari mara bahaya, sekaligus menjadi sosok pertama yang akan menyediakan pelukan hangat untuk menenangkan anak-anaknya dari rasa takut yang mencekam.
Ketulusan misi perdamaian
Dunia bisa membaca bahwa hadirnya Iriana merupakan pesan terbuka yang menunjukkan keseriusan Indonesia untuk mewujudkan perdamaian dunia. Indonesia tidak pernah abai, Indonesia tidak pernah bungkam, karena perdamaian dunia adalah cita-cita bangsa.
Gestur Iriana adalah bahasa universal kemanusiaan dengan pesan yang sangat mulia, begitulah Titi Anggraini menggambarkan Iriana yang memberikan bantuan kemanusiaan kepada para korban.
Sebagai pesan yang mulia, kehadiran Iriana menuturkan bahwa masyarakat dunia harus memberikan solidaritas kepada siapa pun yang menjadi korban dan terdampak oleh peperangan, terlepas apa pun agama dan kebangsaannya.
Di sisi lain, presensi Iriana merupakan simbol dari soft diplomacy Indonesia, begitulah kata Ridlwan Habib selaku pengamat militer dan intelijen ketika memaknai kehadiran Iriana.
Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Presiden Joko Widodo dalam konferensi persnya di Rusia, Indonesia tidak memiliki kepentingan selain ingin menyelesaikan perang antara Rusia dan Ukraina, serta mengamankan rantai pasokan pangan dan energi bagi seluruh dunia.
Terlebih, Indonesia menjalin hubungan baik dengan Rusia maupun Ukraina. Hubungan tersebut juga dibuktikan dengan kehadiran Iriana.
Kehadiran Ibu Negara RI di tengah negara yang sedang berperang merupakan wujud bahwa Indonesia percaya, sebagai negara yang dekat dengan Indonesia, Ukraina dan Rusia tidak akan membahayakan keselamatan Iriana.
Indonesia berjuang untuk kepentingan dunia, untuk kesejahteraan masyarakat luas, bukan untuk kepentingan lainnya. Terlepas dari peran Indonesia yang kini menjalani Presidensi G20, Indonesia memiliki misi untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Keikutsertaan Iriana ke Ukraina merupakan simbol dari tulusnya misi perdamaian ini.
Baca juga: Media Malaysia hingga warganet bahas pertemuan Jokowi, Putin dan Zelenskyy
Baca juga: Jonatan Christie senang bisa melawan Viktor di semifinal Malaysia Open
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kehadiran Iriana jadi surat terbuka untuk perdamaian dunia