Yuk, lihat burung endemik di Aketajawe-Lolobata

id Yuk, lihat burung endemik di Aketajawe-Lolobata

Yuk, lihat burung endemik di Aketajawe-Lolobata

Stan Taman Nasional Aketajawe-Lolobata di Pameran Deep and Extreme 2016. (ANTARA/Monalisa)

Jakarta (AntaraKL) - Taman Nasional Aketajawe-Lolobata, Halmahera, Maluku Utara, menjadi tempat bermukim sekitar 106 spesies burung termasuk 25 spesies burung endemik.
Di kawasan seluas 167.300 hektar itu, pengunjung bisa melihat langsung aktivitas mereka dan kalau beruntung, burung paling langka Mandar Gendang atau Habroptila wallacii akan menampakkan wujudnya.
"Di seluruh dunia, Mandar Gendang hanya ada di Pulau Halmahera. Orang bule menyebutnya Invisible Rail atau yang tidak terlihat. Pengunjung beruntung sekali kalau bisa lihat," kata Tenaga Teknik Lapangan Taman Nasional Aketajawe-Lolobata, Mahroji, ditemui di Pameran Deep and Extreme 2016, di Jakarta Convention Center (JCC), Jumat (1/4).
Mandar Gendang merupakan spesies burung Rallidae besar yang tidak terbang. Burung tersebut digolongkan sebagai rentan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Mandar Gendang disebut burung pemalu, bahkan cenderung misterius sehingga informasi mengenai perilakunya juga terbatas.

Bulunya didominasi warna abu-abu gelap, dengan kulit terbuka di sekitar matanya. Paruhnya yang panjang dan tebal serta seluruh kakinya berwarna merah cerah. Suaranya seperti tabuhan gendang yang perlahan, yang diiringi kepakan sayapnya.
"Selain Mandar Gendang, pengunjung bisa melihat burung Bidadari Halmahera. Jenis burung dari keluarga cendrawasih di luar Papua," kata Polisi Hutan dari Taman Nasional Aketajawe-Lolobata Akhmad David.
Burung Bidadari Halmahera termasuk endemik yang memiliki warna bulu mencolok di dadanya, hijau zamrud. Ciri khas lainnya yakni dua pasang bulu putih yang panjang yang keluar menekuk dari sayapnya seperti sepasang antena.
"Untuk melihat burung ini dibatasi maksimal delapan orang biar tidak mengganggu," jelas David.
Taman Nasional Aketajawe-Lolobata juga dianggap sangat penting bagi keselamatan berbagai spesies burung endemik lainnya seperti kakatua putih (Cacatua alba), kasturi ternate (Lorius garrulus), paok halmahera (Pitta maxima).
Untuk menyaksikan aktivitas burung-burung di Taman Nasional Aketajawe-Lolobata, para pengunjung harus bergegas sejak pukul 04.00 WIB. Biasanya, pengunjung menginap di rumah penduduk yang berada di dalam kawasan taman nasional dengan biaya Rp100.000 per malam dan Rp100.000 untuk makan pagi hingga malam hari.
Menurut Mahroji ada sensasi berbeda saat pengunjung menginap di rumah penduduk yang masih berupa rumah panggung itu.
"Pengunjung bisa lebih dekat melihat kehidupan burung-burung," kata Mahroji.
Taman Nasional Aketajawe-Lolobata juga menyajikan wisata alam lain seperti air terjun dan gua. Mahroji menuturkan, baru ada sejumlah gua yang diberi nama seperti Gua JPG, Gua Melisa, Gua Tata, dan Gua Totangu.
"Nama Melisa, misalnya, diambil dari nama peneliti tumbuhan asal Miami atau Totangu merupakan nama rumah perahu dari sejarah di Halmahera. Gua lainnya masih banyak sekali, mungkin sebulan tidak cukup untuk mendatangi satu-satu," ujarnya.
Jika beruntung, maka pengunjung juga dapat bertemu dengan masyarakat suku Tobelo Dalam yang tinggal di dalam taman nasional.
"Mereka masih primitif sekali, kalau beruntung bisa bertemu, karena mereka kalau dengan suara orang atau lihat kedatangan orang asing biasanya menghindar," tutur Mahroji .

Ia menambahkan, belum ada data berapa banyak jumlah masyarakat suku Tobelo Dalam di kawasan taman nasional.
Wisata ke Aketajawe-Lolobata
Taman Nasional Aketajawe-Lolobata terletak di Kabupaten Halmahera Tengah, Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara.
Dalam setahun, taman nasional tersebut dikunjungi hingga 90 orang wisatawan asing dan lebih dari 100 orang dari turis domestik.
Jika keberangkatan dari Jakarta, menurut Mahroji, maka pengunjung bisa menggunakan pesawat langsung yang menuju Ternate. Dari bandara Bandara Sultan Babullah, Kota Ternate, Maluku Utara, pengunjung masih harus melakukan perjalanan ke Pelabuhan Speed Boat Kota Baru dengan menyewa mobil seharga Rp100.000 hingga Rp150.000.
"Dari pelabuhan, naik speed boat ke Sofifi selama dua jam perjalanan, biayanya Rp50.000 kalau reguler, tapi kalau mau carter harganya sekitar Rp400.000," ujar Mahroji.
Setelah tiba di Sofifi, pengunjung masih harus menempuh perjalanan darat selama dua jam menuju taman nasional.
"Dari Sofifi ke BBinagara ada mobil reguler yang tarifnya sekitar Rp50.000 hingga Rp100.000. Kalau mau carter kisaran Rp350.000 hingga Rp400.000," jelasnya.
Pengunjung di Taman Nasional Aketajawe-Lolobata biasanya menghabiskan waktu di sana minimal tiga hari. Harga tiket untuk turis lokal Rp5.000 berbeda jauh dengan turis asing yang dikenakan biaya tiket Rp150.000.

Di taman nasional tersebut, pengunjung harus memakai pemandu wisata karena areanya sangat luas. Biaya pemandu wisata untuk wisatawan lokal berkisar antara Rp250.000 hingga Rp300.000 sedangkan bagi wisatawan asing Rp300.000 hingga Rp500.000 per hari.

COPYRIGHT © ANTARA 2016