Mimpi Mimin Mintarsih bagi anak-anak Indonesia di Malaysia

id Mimin Mintarsih,sanggar bimbingan,Malaysia Oleh Elhami Shifa Ismail/Virna P Setyorini

Mimpi Mimin Mintarsih bagi anak-anak Indonesia di Malaysia

Pendiri dan pengelola Sanggar Bimbingan Sungai Mulia 5 menjawab wawancara ANTARA di Kuala Lumpur, Rabu (7/12/2022). (ANTARA/Virna P Setyorini)

Harapan saya, mungkin dari sekian banyak (murid) itu, ada satu mutiara yang akan membangun Indonesia. Bukan hal yang mustahil
Kuala Lumpur (ANTARA) - Mimin Mintarsih, yang akrab disapa Bu Mimin, merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) yang sudah 28 tahun menetap di Malaysia.

Sejak tahun 2019, ia menerima kepercayaan dari Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) Kedutaan Besar Republik Indonesia Kuala Lumpur (KBRI KL) untuk mengelola Sanggar Bimbingan Sungai Mulia 5, tempat anak-anak pekerja Indonesia mendapatkan pendidikan non-formal (PNF).

Berawal dari 50 murid, perjuangan Mimin terus berlanjut, hingga akhirnya saat ini sanggar bimbingan tersebut memiliki 162 murid aktif yang tergabung di dalamnya.

Mimpinya, suatu saat anak-anak didiknya itu bisa datang berseragam. Dengan semakin bertambahnya jumlah murid di sanggar bimbingannya, ia juga punya punya mimpi yang lain.

“Yang kedua, saya ingin mempunyai tempat yang lebih luas karena tempat ini terlalu kecil, untuk anak-anak sempit sekali,” kata ibu lima anak itu, dalam suatu perbincangan dengan ANTARA.

Baca juga: Suka cita menerima rapor sanggar bimbingan di Semenanjung Malaysia

Awalnya, menurut Mimin, anak-anak yang sudah selesai dan mendapatkan ijazah sekolah dasar (SD) dari sanggar tersebut, akan langsung dipulangkan oleh KBRI KL ke Indonesia. Tapi ternyata, banyak orang tua murid yang menolak dan memohon padanya untuk dicarikan tempat belajar ke jenjang berikutnya.

Mimin memimpikan sekolah dengan fasilitas lengkap dan mumpuni, mulai dari koperasi, kantin, ruang pertemuan dan tempat bermain.

Ia sudah merancang semua itu dan berniat mengembangkannya di atas tanah yang lebih luas.


Tantangan  

Sudah lebih dari tiga tahun sejak Mimin diberi kepercayaan untuk mengelola sanggar bimbingan, berbagai macam tantangan telah dihadapinya.

“Tantangan terbesar adalah sulit untuk memastikan orang tua tanggung jawab, terutama (soal) iuran,” katanya.