Indonesia, Afrika Selatan garap film jelang Festival Film di Cape Town

id KJRI Cape Town, Festival Film Indonesia, Kerja Sama, Afsel

Indonesia, Afrika Selatan garap film jelang Festival Film di Cape Town

Pertemuan Konjen RI Tudiono dengan produser film Wendra Lingga Tan, Sutradara Robby Ertanto, dan perwakilan dari Mayora yang akan Built in di film berjudul "Aku Temukan Kembali Cintaku di Afsel". (ANTARA/HO-KJRI Cape Town)

Jakarta (ANTARA) - Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Cape Town menjalin kerja sama dengan sejumlah insan perfilman Indonesia dan Afrika Selatan untuk membuat sebuah film komersial menjelang Festival Film Indonesia di negara itu.

Melalui rilis pers KJRI Cape Town yang diperoleh ANTARA, Jakarta, Senin, disebutkan bahwa kerja sama tersebut dilakukan sebagai bagian upaya mempersiapkan acara Pasar Rakyat yang akan diadakan pada 9 November, disusul Festival Film Indonesia di Cape Town pada 10-11 November 2024.

Naskah awal atau sinopsis film tersebut disusun oleh Konjen RI Cape Town dan tim. Produksi film tersebut saat ini sedang dibahas dengan produser Wendra Lingga Tan dari production house Summerland, dan sutradara Robby Ertanto.

Sementara itu, selain bekerja sama dengan insan perfilman Indonesia, produksi film tersebut juga akan digarap bersama sejumlah ahli perfilman dari Afsel, antara lain Makkie Slemong.

Meski menjadi CEO Cape Town Film Studio (CTFS) sejak 2014-2024, Makkie Slemong sendiri merupakan warga negara Indonesia keturunan Sleman.

Naskah film komersial berjudul "Aku Temukan Kembali Cintaku di Afsel" merupakan drama romantis berlatar belakang bencana tsunami di Aceh.

Film tersebut menceritakan romantisme sepasang muda-mudi Aceh bernama Faiez dan Maya. Meski berupa drama, namun sebagian besar alur cerita dalam film tersebut merupakan kisah nyata, kata Tudiono.

Konjen menilai Festival Film Indonesia sendiri akan menjadi jembatan penghubung kebudayaan dan kerja sama seni budaya, khususnya perfilman, antara masyarakat Indonesia dengan diaspora Indonesia di negara itu, yakni Cape Malay.

Cape Malay merupakan keturunan para ulama pejuang Indonesia yang diasingkan oleh pemerintah Hindia Belanda karena perjuangannya menentang penjajahan. Para ulama tersebut antara lain Syekh Yusuf Al Macassari yang diasingkan dan tiba di Cape of Good Hope pada Juni 1693 dan Tuan Guru dari Tidore, yang diasingkan pada 1780.

Penduduk Cape Malay di Afrika Selatan saat ini berjumlah lebih dari 330 ribu orang.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia, Afsel garap film jelang Festival Film di Cape Town