Menimba ilmu di negeri jiran

id Belajar di negeri jiran,Kampus di Malaysia

Menimba ilmu di negeri jiran

Wita Azeni (1)

"Kalau soal biaya antara perguruan tinggi negeri dan swasta di Malaysia tidak jauh berbeda. Ketika mereka masuk ke UPM atau UTM mereka adalah 'international students' sehingga iurannya lebih mahal daripada yang lokal," katanya.
"Saya memilih kuliah di negeri jiran Malaysia karena ingin membiasakan diri dengan penggunaan Bahasa Inggris," ujar mahasiswi Help University & Colleges asal Provinsi Riau, Wita Azeni.

Kampus ini berlokasi di Pusat Bandar Damansara (PBD), Kuala Lumpur, Malaysia, yang berdekatan dengan warga yang tinggal di sekitar Petaling Jaya, Shah Alam dan Klang.

Perkuliahan sehari-hari di kampus ini menggunakan Bahasa Inggris sehingga memudahkan mahasiswa tidak canggung dengan bahasa tersebut saat di dunia kerja nanti.

Sebelum kuliah di negeri jiran mahasiswi berhijab ini menghabiskan pendidikan sekolah menengah SMP dan SMA di Pondok Pesantren Pesantren Babussalam, Panam, Provinsi Riau.

Wita mengetahui pertama kali kampus tempat kuliahnya sekarang dari sebuah pameran pendidikan yang diselenggarakan pada sebuah mall di-kotanya Pekanbaru.

Lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pameran tersebut adalah Edlink, lembaga pendidikan yang biasa menyelenggarakan pameran pendidikan kampus-kampus luar negeri yang cukup terkenal di Indonesia.

"Saya dari awal memang mau belajar akuntansi dan Edlink langsung menyarankan saya untuk ambil akuntasi di Help University karena kampus ini memang dikenal akuntansi-nya bagus," katanya.

Namun demikian niat Wita untuk belajar akuntasi di kampus tersebut tidak kesampaian karena merasa berat sehingga dia memutuskan pindah ke Bisnis Internasional atau International Business). 

Dia merasa tidak kesulitan belajar di kampus tersebut karena saat di pesantren menggunakan sistem bilingual atau dua bahasa.

"Tapi pas awal masuk dulu agak susah saat disuruh presentasi dan 'public speaking' karena 'vocabularry' atau kosa kata-nya masih terbatas," katanya.

Pendaftaran kuliah di Malaysia melalui agen dan mengurus sendiri tentu berbeda dalam pembiayaan.

Beragam motivasi dan latar belakang pelajar Indonesia yang kuliah dan belajar di Malaysia. Ada yang belajar dengan beasiswa sendiri adapula dengan biaya sendiri.

Masduki, lokal staf di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur merupakan alumni Universitas Teknikal Malaysia (UTeM) di Malaka.

Dia mendapatkan beasiswa unggulan BPKLN Kemendikbud melalui Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Kuala Lumpur tahun 2015.

Masduki kuliah di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) di Semarang. Dia mengikuti seleksi awal dari kampus tersebut melalui pemberkasan.

"Ketika mendaftar status kami belum wisuda dan memakai surat keterangan lulus dari kampus. Setelah itu membuat proposal penelitian dan di-submit-kan ke UTeM," katanya.

Terdapat 15 peserta dari Udinus yang mengikuti seleksi sedangkan yang diterima ada delapan orang termasuk dirinya.

Saat kuliah di UTeM dia mengambil jurusan software engineering. Saat S1 Masduki juga menerima beasiswa unggulan dan masuk 15 besar mahasiswa berprestasi tingkat nasional.

Karena mendapat beasiswa kebutuhannya dipenuhi oleh pemerintah RI. Pria yang ingin melanjutkan S3 tersebut saat itu mendapatkan biaya hidup, biaya pendidikan dan asuransi.     

Menurut data Perhimpunan Pelajar Indonesia di Malaysia (PPIM) saat ini jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar di Malaysia mencapai 9.762 orang baik yang berada di Semenanjung maupun di Sabah dan Sarawak.

"Jumlahnya cencerung naik karena sebelumnya sekitar 8.000 lebih," ujar Ketua PPIM yang juga anggota Panwaslu Kuala Lumpur, Doni Rofawandi.

                                                                                               Promosi di SIKL

Promosi perguruan tinggi Malaysia tidak hanya dilakukan di  sejumlah kota di tanah air namun juga dilakukan di Malaysia sendiri seperti di Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL).

Di sekolah tersebut hampir tiap tahun diadakan pameran pendidikan perguruan tinggi di Malaysia. Pada acara tersebut peserta melakukan presentasi, membuka stand dan melayani konsultasi masuk ke kampus masing-masing.

"Acara ini diselenggarakan setiap tahun. Konsepnya kami ingin memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada orang tua dan siswa tentang universitas, akademi atau college yang ada di Malaysia," ujar Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SIKL, Nunik Heri Wahyuni.

Perguruan tinggi yang mengikuti pameran dipilih dari perguruan tinggi terkemuka di Malaysia.

Pada 2017 perguruan tinggi yang mengikuti pameran adalah Universitas Putra Malaysia, Universitas Teknologi Malaysia, Nottingham University, Limkokwing University, Inti University College, Tun Abdul Razak University College, Uni KL, Raffles College, Xiamen International University dan Exzellenz Institut Indonesia.

Dua diantara peserta merupakan kampus negeri yakni Universiti Putra Malaysia dan Universitas Teknik Malaysia.

Sedangkan pada 2018 Kampus yang mengikuti pameran adalah Universitas Malaya, Universitas Putra Malaysia, Universitas Kebangsaan Malaysia, Universitas Teknologi Malaysia, INTI University College, Uni KL, Tun Abdul Razak University College, Kolej University Islam Antarbangsa Selangor, University Tunku Abdul Rahman, Kolej Poy-Tech MARA.

"Bagi kami sendiri selaku penyelenggara ini merupakan kesempatan untuk bertatap muka kemudian untuk bargaining dan melakukan penawaran untuk kemudahan para siswa masuk ke perguruan tinggi tersebut," katanya.

Misalnya, ujar dia, ada kemudahan hanya menggunakan rapor saja kemudian ada diskon masuk.

"Beberapa menindaklanjuti dengan memberikan diskon, memberikan kemudahan bahkan ada yang mengundang kami untuk berkunjung ke kampus. Di kampus anak-anak biasanya mendapatkan informasi tentang program-program yang ada," katanya.

Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya banyak juga siswa yang meneruskan di perguruan tinggi Malaysia.

"Kalau soal biaya antara perguruan tinggi negeri dan swasta di Malaysia tidak jauh berbeda. Ketika mereka masuk ke UPM atau UTM mereka adalah 'international students' sehingga iurannya lebih mahal daripada yang lokal," katanya.

Perguruan tinggi swasta di Malaysia biasanya ada empat kali penerimaan sedangkan perguruan tinggi negeri Februari dan September.

Koordinator Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya KBRI Kuala Lumpur, Agus Badrul Jamal, mengatakan KBRI Kuala Lumpur menyambut baik penyelenggaraan Edu Fair di SIKL dalam rangka memberikan penjelasan kepada para siswa dan wali murid mengenai program studi atau jurusan yang akan diambil oleh siswa

"Kami mengharapkan para siswa dan wali murid dapat memanfaatkan Edu Fair sebaik baiknya untuk mengetahui lebih jauh program studi atau jurusan yang ditawarkan," katanya.

Dalam pandangan Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kuala Lumpur, Prof Dr Ari Purbayanto melanjutkan pendidikan tinggi di Malaysia dapat menjadi alternatif bagi para pelajar di Indonesia.    

Mereka dapat memperoleh pengalaman internasional karena suasana belajar dengan lingkungan internasional seperti adanya interaksi mahasiswa dari berbagai negara.

Selain itu, ujar dia, juga kualitas pembelajaran yang didukung oleh sarana prasarana kampus yang baik, memberikan peluang bagi pelajar Indonesia untuk mengasah kompetensi akademik dan non akademik secara baik.

"Posisi geografis Malaysia yang dekat dengan Indonesia, juga biaya kuliah yang kompetitif dengan kurikulum yang menjawab kebutuhan kerja, menjadikan perguruan tinggi Malaysia cukup diminati oleh pelajar Indonesia," katanya.