Ismail Sabri sebut ASEAN harus bersatu lawan kapitalisme industri senjata
Jakarta (ANTARA) - Perdana Menteri (PM) Malaysia Periode 2021–2022 Datuk Ismail Sabri Yaakob menegaskan negara-negara anggota ASEAN harus bersatu dan memperkuat rasa percaya demi melawan kapitalisme industri senjata yang didominasi negara-negara Barat.
Menurut Ismail Sabri saat memberikan kuliah umum di Gedung Auditorium Universitas Pertahanan, Sentul, Jawa Barat, Senin, kapitalisme senjata itu menjadikan sebagian besar anggota ASEAN banyak membelanjakan uang negara untuk pertahanan dan membeli senjata, padahal keamanan di kawasan dapat terpelihara manakala rasa percaya antaranggota kuat.
“Sekiranya, kita negara-negara ASEAN dapat melahirkan kepercayaan sejati antara negara anggota, maka anggaran tersebut tidak diperlukan. Mungkin lainnya (anggaran tersebut) boleh digunakan untuk pelajaran kepada para pelajar (pendidikan, red.) atau kesehatan,” kata Ismail Sabri saat memberikan kuliah umum kepada Civitas Akademika Universitas Pertahanan.
Ismail Sabri menyoroti anggaran pertahanan hampir seluruh negara anggota ASEAN masih terlampau besar, padahal itu tidak produktif untuk memelihara keamanan.
“Kemesraan (persatuan/rasa percaya, red.) itu boleh mengubah perbelanjaan negara yang tidak produktif kepada perkara sebaliknya. Sebagai contoh, hampir seluruh negara ASEAN membelanjakan sejumlah peruntukan yang besar kepada bajet (anggaran) pertahanan. Sedangkan kita tahu bahwa perbelanjaan untuk senjata tidak produktif. Jadi, untuk apa perbelanjaan bermiliaran dolar ini,” kata dia.
Dia mengatakan rasa curiga terhadap sesama anggota ASEAN tidak menguntungkan. Padahal, sesama negara anggota ASEAN harus bersikap sebagai sebuah keluarga.
Jika sikap rasa percaya dan kekeluargaan itu diperkuat, maka ASEAN tidak mudah ditekan negara-negara adidaya.
“Jika kita bersatu sebagai sebuah keluarga besar ASEAN, orang luar akan menghormati kita. Ibarat sebatang lidah mudah dipatahkan, jika diikat segenggam sukar untuk dipatahkan,” kata dia.
Ismail Sabri menegaskan ASEAN telah menyepakati sejumlah asas dan prinsip di antaranya saling bekerja sama dan menghormati kedaulatan negara, serta semangat memelihara keamanan dan kemakmuran di kawasan.
Dalam kesempatan yang sama, dia mengkritik pakta-pakta pertahanan yang kerap mengutamakan perang dan senjata.
“Saya menolak konsep ‘keamanan sedunia’ yang menggunakan kekuatan senjata atau memenangkan peperangan untuk membentuk keamanan. Perang tidak dapat diselesaikan dengan perang untuk mencapai perdamaian,” kata dia.
Oleh karena itu, dia menilai negara-negara harus punya komitmen memperkuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Saya mengajak para hadirin berdoa sambil berusaha agar seluruh kepemimpinan dunia melalui PBB, berikhtiar mencari jalan supaya segala bentuk konflik atau peperangan dapat diatasi. Jangan karena kapitalis senjata dan minyak ini memusnahkan penghidupan umat manusia di dunia ini,” kata Ismail Sabri.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ismail Sabri tegaskan ASEAN harus bersatu lawan kapitalisme senjata
Menurut Ismail Sabri saat memberikan kuliah umum di Gedung Auditorium Universitas Pertahanan, Sentul, Jawa Barat, Senin, kapitalisme senjata itu menjadikan sebagian besar anggota ASEAN banyak membelanjakan uang negara untuk pertahanan dan membeli senjata, padahal keamanan di kawasan dapat terpelihara manakala rasa percaya antaranggota kuat.
“Sekiranya, kita negara-negara ASEAN dapat melahirkan kepercayaan sejati antara negara anggota, maka anggaran tersebut tidak diperlukan. Mungkin lainnya (anggaran tersebut) boleh digunakan untuk pelajaran kepada para pelajar (pendidikan, red.) atau kesehatan,” kata Ismail Sabri saat memberikan kuliah umum kepada Civitas Akademika Universitas Pertahanan.
Ismail Sabri menyoroti anggaran pertahanan hampir seluruh negara anggota ASEAN masih terlampau besar, padahal itu tidak produktif untuk memelihara keamanan.
“Kemesraan (persatuan/rasa percaya, red.) itu boleh mengubah perbelanjaan negara yang tidak produktif kepada perkara sebaliknya. Sebagai contoh, hampir seluruh negara ASEAN membelanjakan sejumlah peruntukan yang besar kepada bajet (anggaran) pertahanan. Sedangkan kita tahu bahwa perbelanjaan untuk senjata tidak produktif. Jadi, untuk apa perbelanjaan bermiliaran dolar ini,” kata dia.
Dia mengatakan rasa curiga terhadap sesama anggota ASEAN tidak menguntungkan. Padahal, sesama negara anggota ASEAN harus bersikap sebagai sebuah keluarga.
Jika sikap rasa percaya dan kekeluargaan itu diperkuat, maka ASEAN tidak mudah ditekan negara-negara adidaya.
“Jika kita bersatu sebagai sebuah keluarga besar ASEAN, orang luar akan menghormati kita. Ibarat sebatang lidah mudah dipatahkan, jika diikat segenggam sukar untuk dipatahkan,” kata dia.
Ismail Sabri menegaskan ASEAN telah menyepakati sejumlah asas dan prinsip di antaranya saling bekerja sama dan menghormati kedaulatan negara, serta semangat memelihara keamanan dan kemakmuran di kawasan.
Dalam kesempatan yang sama, dia mengkritik pakta-pakta pertahanan yang kerap mengutamakan perang dan senjata.
“Saya menolak konsep ‘keamanan sedunia’ yang menggunakan kekuatan senjata atau memenangkan peperangan untuk membentuk keamanan. Perang tidak dapat diselesaikan dengan perang untuk mencapai perdamaian,” kata dia.
Oleh karena itu, dia menilai negara-negara harus punya komitmen memperkuat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Saya mengajak para hadirin berdoa sambil berusaha agar seluruh kepemimpinan dunia melalui PBB, berikhtiar mencari jalan supaya segala bentuk konflik atau peperangan dapat diatasi. Jangan karena kapitalis senjata dan minyak ini memusnahkan penghidupan umat manusia di dunia ini,” kata Ismail Sabri.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ismail Sabri tegaskan ASEAN harus bersatu lawan kapitalisme senjata