CPOPC gelar forum bisnis di Malaysia

id CPOPC

Kuala Lumpur, (ANTARA News) - Dewan Negara-Negara Produsen Kelapa Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) melakukan forum bisnis di Putrajaya, Malaysia, Selasa, dengan tema "Meningkatkan Permintaan Domestik dan Melangkah ke Batas Selanjutnya".

Hadir pada forum tersebut Direktur Eksekutif CPOPC Mahendra Siregar, Menteri Industri Utama Malaysia Teresa Kok, Deputi Menko Perekonomian Bidang Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdalifah, Duta Besar dan Kepala Delegasi Uni Eropa Mauricio Gonzalez Lopez dan Sekjen Menteri Industri Utama Dato Dr Tan Yew Chong.

Mahendra Siregar dalam pidatonya mengatakan pihaknya menyambut semua yang hadir di pertemuan tersebut untuk mempromosikan kerja sama dan pertukaran pandangan dalam komunitas bisnis terutama di bidang biofuel.

"Inisiatif ini merupakan bagian dari strategi CPOPC untuk meningkatkan permintaan dan konsumsi minyak sawit di negara-negara penghasil kelapa sawit terutama di sektor biofuel," katanya. 

Untuk mencapai hal ini, ujar dia, kita harus mengenali tantangan yang dihadapi dalam mempromosikan biofuel ke pasar dan ini bukan hanya tentang kemauan politik, tetapi juga perlu merencanakan rantai pasokan yang efektif. 

"Tidak seperti produksi minyak mentah, kami tidak dalam posisi untuk membuka dan menutup keran produksi minyak kelapa sawit dan kemauan," katanya.

Sementara, ujar dia, manfaat mengembangkan biofuel jelas bagi negara-negara penghasil kelapa sawit, mengejutkan bahwa potensi untuk menggunakan minyak kelapa sawit dalam biofuel belum sepenuhnya terwujud; dan ada juga perbedaan yang signifikan dalam tingkat pembangunan di negara-negara penghasil kelapa sawit. 

"Meskipun Indonesia saat ini memimpin Malaysia, strategi tersebut haruslah merupakan satu kesatuan tujuan, sebuah visi bersama tentang bagaimana memanfaatkan potensi pasar biofuel domestik kami untuk kepentingan minyak kelapa sawit," katanya.

Dalam banyak hal, ujar dia, pihaknya percaya pasar domestik telah diabaikan karena rantai pasokan tradisional ke pasar internasional telah berlaku terlepas dari risiko yang jauh lebih tinggi, apa pun dalam banyak kasus, risiko tak terkendali yang ditimbulkan perdagangan internasional ini. 

"Saya juga harus menekankan bahwa negara-negara perdagangan yang paling kuat telah dengan sengaja mengembangkan pasar domestik mereka sendiri untuk mengurangi perkembangan ekonomi global yang tidak terduga," katanya. 

Terlepas dari pandangan strategis ini, Mahendra berpendapat CPOPC nampaknya mengabaikan peluang nyata di depan mata karena terlihat dibutakan oleh tanah yang jauh.

Karena itu, ujar dia, pengembangan pasar biofuel sangat menantang dan dalam kasus Indonesia, manfaat pengembangan biofuel sudah dan sudah jelas karena merupakan kebutuhan untuk mengurangi ketergantungan pada impor sekitar 850.000 barel bahan bakar fosil per hari. 

"Jadi, tidak hanya pasar biofuel di Indonesia mendukung kepentingan inti nasional ketahanan energi, tetapi juga kunci bagi industri minyak sawit di Indonesia sebagai outlet tambahan untuk mengurangi tingkat stok," katanya.